Minggu, 30 Desember 2012

Ayat-ayat Cinta dari Allah



Beberapa tahun yang lalu, remaja muslim dikejutkan dengan hadirnya novel ayat-ayat cinta yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy. Hanya beberapa saat novel itu habis, sehingga menjadi buku best seller yang terjual ratusan bahkan ribuan eksemplar. Hampir setiap pemuda dapat dipastikan memiliki novel alumni mesir itu. Air mata pun tak dapat tertahankan bila membaca novel itu. Tak kalah hebohnya ketika Presidan Bambang Yudoyono dan Istrinya turut menangis saat menyaksikan film ayat-ayat cinta.

Novel ayat-ayat cinta tak bisa dipungkiri memang sangat bagus (menurut sebagian besar remaja). Namun tahukah kita bahwa jauh sebelumnya Allah SWT telah menurunkan ayat-ayat cinta kepada hambanya. Dalam surat Ali Imran ayat 31 Allah berfirman, “katakanlah jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Inilah ayat cinta yang sesungguhnya.

Betapa tidak bahagia, jika yang langsung mengatakan cinta adalah Allah. Kalau seandainya kita bisa menangis karena membaca novel “Ayat-ayat cinta”, maka bagaimana jika membaca ayat-ayat Allah. Bukankah kita lebih pantas meneteskan air mata?

Inilah yang membuat penulis terdorong untuk mengangkat pembahasan ini kepada pembaca yang budiman. Kita selama ini dimanjakan oleh novel-novel cengeng yang hanya membuat para remaja menghayal )maaf, jika kata-katanya kurang berkenan di hati saudara(. Jika kita pikirkan secara mendalam, novel ayat-ayat cinta tidak memberikan sesuatu yang berharga kepada kita kecuali sedikit. Justru kita dibuat menghayal menembus cakarawala alam bawah sadar, seakan kita berada di alam antah beranta. Berbeda dengan ayat cinta yang Allah turunkan kepada hamba-Nya melalui lisan Rasul-Nya, memberikan arti yang sangat mendalam bahkan menjadi pedoman hidup bagi setiap muslim.

Dalam ayat cinta yang Allah turunkan kepada hamba-Nya mengandung satu pesan penting. Jika kita tidak mengikuti anjuran itu maka kita tidak akan mendapatkan cinta Allah. Pesan itu adalah kita harus mengikuti dan mencontah Rasulullah saw. Tak kalah pentingnya kita harus mencintai Rasulullah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih mereka cintai daripada  anak-anaknya, orang-tuanya dan seluruh manusia.”

Ya, dengan mencintai Rasulullah maka kita akan mendapatkan cinta Allah SWT. Sekilas hal ini nampak remeh, namun mampukah kita mengikuti Rasulullah dengan sebenarnya? Apakah dengan mengadakan Dzikir Akbar dan Majelis Dzikir Rasulullah dikatakan cinta Rasulullah? Atau dengan mengadakan Maulidan dan Isra Miraj dikatan pengikut setia Rasulullah?

Tentu saja tidak. Adapun cara mencitai, mengikuti, dan mencontoh Rasulullah haruslah sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, bukan justru membuat hal baru yang tidak pernah dicontohkan sebelumnya. Rasulullah bersabda, “barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka tertolak.” Bahkan lebih keras lagi Rasulullah bersabda, ”barangsiapa yang membuat kedustaan denganku maka hendaklah ia mempersiapkan duduknya di neraka.” Oleh karena itu hendaklah kita berhati-hati, jangan sampai niat ingin mendapatkan cinta Rasulullah tapi justru mendapatkan murka darinya. Pepatah arab mengatakan, “Semua orang mengaku mempunyai hubungan dengan laila namun laila sendiri tidak mengenalnya.”

Dalam kitab arbain karya Imam An Nawawi hadits ke-28 dari Abu Najih Al Irbad Ibn Sariah beliau berkata:

“Suatu hari ketika para sahabat sedang berkumpul, Rasulullah memberi nasehat kepada kami. Nasehat yang meluluhkan hati dan membuat airmata bercucuran. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah seolah nasehat ini nasehat terakhir bagi kami, maka wasiatkanlah kepada kami.” Rasulullah bersabda, “Aku nasehatkan kepada kalian untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah. Tetaplah mendengar dan taat walaupun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaya (budak). Barangsiapa diantara kalian yang hidup setelahku maka akan menyaksikan banyak perselisihan. Hendaklah kalian berpengang teguh kepada sunahku dan sunah Khulafaur Rasyidin  yang telah mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi geraham  kalian. Jauhilah olehmu bidah karena sesungguhnya semua bidah itu sesat. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi).  

Banyak orang yang beralasan bahwa melakukan sesuatu yang tidak ada contohnya dari Rasulullah adalah hal yang boleh-boleh saja selama hal itu masih baik. Mereka menganggap bahwa ibadah yang mereka lakukan adalah sesuatu yang baik karena mereka juga melakukan dzikir, shlawat, dll. Mereka menyangka bahwa yang mereka lakukan adalah implikasi dari kecintaan kepada Allah. Namun perlu kita ketahui bahwa syarat diterimanya amal ada dua. Pertama harus ihlas. Kedua harus sesuai dengan Rasulullah. Apakah kita menganggap bahwa yang Rasulullah sampaikan belum sempurna sehingga perlu kita tambah, lalu apa maksud dari surat Al Maidah ayat 3. Apakah kita merasa lebih pandai atau lebih shaleh daripada Rasulullah sehingga perlu menambah dengan alasan sesuatu  yang baik. Ketauhuilah bahwa tidak ada kebaikan kecuali telah Rasulullah lakukan. Allah berfirman, “Seandainya hal itu baik maka sungguh kami akan mendahului kalian.”

Suatu hari ada seorang ulama yang menegur seorang yang sedang melakukan shalat. Orang itu mengatakan dengan nada sindiran, “Wahai Imam apakah engkua menegurku karena aku melakukan shalat?”. Ulama itu menjawab, “Aku menegurmu bukan karena engkau shalat, tapi karena engkau melakukan sesuatu yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah.”

Yakinlah bahwa apa yang hari ini kita lakukan selama masih sesuai dengan contoh  Rasulullah, maka itulah yang terbaik. Bilal Ibn Rabah rela dijemur di tengah terik matahari bahkan rela dicambuk demi membela dan memurnikan agama Rasulullah. Tsabit Ibn Qais terpaksa mengurung diri di kamarnya setelah turunya surat Al Hujarat ayat 2, Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian angkat suara melebihi suara Nabi  dan janganlah kalian berkata kepada Nabi dengan suara keras..” Beliau merasa malu terhadap Rasulullah karena selama ini suara beliau paling keras dihadapan Rasulullah.

Kalau seandainya para sahabat rela mengorbankan nyawa demi membela Rasulullah maka mengapa kita tidak rela mengorbankan waktu untuk mengerahkan seluruh kemampuan kita demi memurnikan tuntunan Rasulullah. Seharusnya kitalah yang berhak malu, bila melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah. Ketahuilah bahwa dengan menaati Rasulullah maka kita telah menaati Allah. Allah berfirman, “Barangsiapa yang menaati Rasulullah maka sunggu ia telah menaati Allah.” inilah konsekuensi ayat-ayat cinta yang sebenarnya.

Semoga dengan membaca tulisan ini, kita kembali bersemangat menghidupkan sunah Rasulullah. Jangan pernah merasa malu atau takut dalam menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah karena kita berada dalam kebenaran. Banggalah dengan kesempurnaan syariat yang dibawa Rasulullah dibawah kalimat tauhid “La ilaha illallah”. Terakhir, sebagai kabar gembira kepada kita sekalian, Allah berfirman dalam surat An Nisa ayat 69, “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh  dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (M. Akbar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar