Rabu, 19 Desember 2012

Jangan Lupakan Shadaqah


Malam itu, hujan turun sangat deras. Aku hanya bisa terdiam sambil memandangi rintikan-rintikan hujan dari atas genting Masjid al-Hijri Universitas Ibn Khaldun. Tiba-tiba datang seorang kawan yang dia juga sedang menunggu hujan reda. Terjadilah perbincangan ringan antara aku dan dia.
Perbincangan kami hanya sekitar 15 menit, namun menurutku waktu yang singkat itu sangat berarti melebihi taklim dan ceramah yang selama ini aku ikuti. Ya, seakan saya baru mendapat barang hilang yang selama ini saya cari. Saya kemudian teringat oleh sabda Rasulullah bahwa hikmah adalah barang yang hilang dari seorang mukmin. Dimanapun mereka mendapatkan maka hendaknya mereka mengambilnya.
Teman saya ini (tidak usah saya sebutkan namanya) berkata, “Ya akhi, bila antum ingin senantiasa bahagia, ingin merasakan ketentraman dalam jiwa, ingin dimudahkan segala urusan dan dilipatgandakan rizki oleh Allah maka hendaklah antum bersedekah.” Masya Allah, sebuah nasehat yang keluar dari hati tulus seorang teman.
Beliau mempunyai prinsip “tiada hari tanpa sedekah.” Baginya sedekah adalah sebuah kebutuhan. Tanpa sedekah hidup akan gersang, tidak mempunyai makna dan tidak akan merasakan kebahagiaan. Kita harus yakin bahwa orang yang bersedekah, maka akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. “Ini adalah janji Allah,” katanya mantap. “Meskipun bila dihitung secara matematis terkadang mustahil. Namun, yakinlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah,” lanjutnya.
Beliau mempunyai komitmen, harus berinfak setiap hari, minimal seribu. Alhamdulillah, selama menjalankan misi ini, beliau sering mendapatkan sesuatu yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Terkadang tiba-tiba ada saja orang yang memberinya uang 50 ribu atau 100 ribu. Belum lagi hal-hal lain, seperti ditraktir makan, atau dikirimkan pulsa. Pakaian yang tadinya hanya bisa dihitung jari, akhirnya bertambah banyak tak terhitung jumlahnya. Mungkin ini semua merupakan balasan dari Allah kepadanya.
Namun, jangan sekali-kali bersedekah hanya karena ingin dibalas oleh Allah dengan jumlah yang lebih besar. Menurutnya, hal itu hanya akan merusak niat. Yakinlah kepada Allah bahwa seberapapun yang kita sedekahkan maka akan dibalas baik cepat atau lambat, di dunia maupun di akhirat.
Beliau juga berkata bahwa ketika kita bersedekah memang tidak langsung dibalas oleh Allah. Terkang sebulan baru Allah balas, bahkan terkadang setahun atau bisa jadi sudah bertahun-tahun baru Allah balas. “Tapi, terkadang juga Allah langsung membalas sedekah kita,” kata beliau.
Untuk lebih meyakinkah beliau menceritakan pengalamannya. Suatu hari, ketika hendak pulang kampung ke Sukabumi, ada seorang yang datang meminta bantuan kepadanya. Pada saat itu uang yang ada di dompetnya hanya 200 ribu. Tanpa berfikir panjang, beliau langsung memberikan sebanyak 150 ribu kepada orang tersebut. Beliau sempat bergumam dalam hati, “Berarti aku harus berhutang, uang 50 ribu tentu tidak cukup untuk biaya pulang kampung.” Namun, beliau yakin bahwa bila kita membantu saudara yang lagi kesusahan maka Allah akan membantu saat kita membutuhkan.  
Tahukah anda apa yang terjadi? beberapa jam setelah itu, tiba-tiba ada orang yang memberinya uang sebanyak 50 ribu. Akhirnya, dia bisa pulang kampung tanpa meminjam uang. Bahkan setelah sampai di kampung ternyata ada orang yang memberinya uang sebanyak 300 ribu. Masya Allah.  
Mendengar cerita itu, aku hanya bisa mengangguk kagum sambil memikirkan betapa kerdilnya diriku. Aku baru sadar betapa egoisnya aku yang hanya mementingkan diri sendiri. Boro-boro ratusan ribu, seribu pun jarang keluar dari sakuku. Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati ini untuk berbuat ketaatan kepadaMu.
Kawan saya ini melanjutkan kisahnya bahwa pernah juga suatu ketika beliau menyedekahkan uangnya sebanyak 500 ribu. Padahal hanya itu uang yang ia miliki. Akhirnya, dia terpaksa jalan kaki ke kampus, padahal jarak kampus ke rumahnya lumayan jauh. Sebuah keajaiban lagi terjadi. Kurang lebih satu minggu setelah ia bersedekah, tiba-tiba ada orang memberinya uang sebanyak 5 juta. Allahu Akbar. Sekali lagi, aku hanya bisa menatapnya kagum. Duhai seandainya aku menjadi seperti dia, betapa senang rasanya diri ini.
Beliau juga memesankan agar jangan terlalu perhitungan bila ingin bersedekah. Meskipun kita merasa bahwa orang yang kita beri tidak terlalu membutuhkan atau dia hanya pura-pura cacat sehingga orang merasa iba kepadanya, “Berikan saja,” katanya. Kita harus tetap berbaik sangka karena kita mengaharap pahala bukan pada orang tersebut namun kepada Allah. Boleh jadi kata beliau, dengan sedekah yang kita berikan hati orang tersebut digerakkan oleh Allah sehingga dia tidak meminta lagi.
Beliau memberikan sebuah permisalan bahwa infak layaknya kotoran yang ada dalam perut, bila tidak dikeluarkan maka akan menjadi penyakit. Demikian juga dengan harta, bila tidak disedekahkan maka akan merusak harta itu sendiri alias tidak berbarakah. 
Inilah percakapan singkat yang kemudian saya tuangkan dalam sebuah tulisan, agar hal ini tidak hanya bermanfaat buat diri saya sendiri melainkan kepada siapa saja yang membacanya. Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati ini untuk berbuat ketaatan kepadaMu.

 (Muhammad Akbar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar