Selasa, 01 Januari 2013

Belajar dari Yahudi


Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata-kata Yahudi? Tentu yang terlintas dalam pikiran kita bahwa Yahudi adalah manusia keras kepala, pembangkang, suka melanggar sumpah, pembunuh para nabi dan rasul, dan segudang kehinaan yang disematkan kepadanya.
Ya memang benar. Yahudi itu tidak pernah taat dan senantiasa membangkang dari perintah nabi dan rasul. Disebutkan dalam al-Quran bahwa mereka sebenarnya mengetahui syariat (agama) melebihi pengetahuan terhadap anak-anak mereka. Namun seakan mereka buta, tuli, bisu terhadap agama. Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa makna “Magdub” dalam surat al-Fatihah adalah orang Yahudi.
Satu hal yang menjadi ciri khas orang Yahudi bahwa mereka tidak akan pernah ridha kepada Islam sampai kita mengikuti agama mereka. Sebagaiman dalam surat al-Baqarah ayat 120. Ya, itulah orang Yahudi.  
Belajar dari Yahudi
Pembaca tentu merasa heran dan bertanya dalam hati, dari sisi mana kita akan belajar kepada orang Yahudi? Inilah yang akan penulis sampaikan pada pembaca yang budiman. Kita harus mengakui bahwa Yahudi adalah bangsa yang cerdas. Karena kecerdasannya itulah justru mereka sombong dan senantiasa membangkang.
Tahukah kita, siapakah penemu facebook, blackberry, microsoft, dan hal yang sangat kita butuhkan untuk saat ini yaitu internet? Mereka adalah Mark Zukerberg, Mike Lazaridis, Bill Gates dan Larry Page. Kita juga tentu sering mendengar nama-nama berikut ini :Karl Marx, Albert Einstein dan Felix Bloch. Mereka adalah tokoh filsuf, bapak fisika dan penemu bom atom. Dan tahukah kita bangsa apakah mereka? Mereka adalah bangsa Yahudi.
Ada sebuah buku yang sepatutunya kita baca. Buku itu berjudul “Menguak cara belajar orang Yahudi.” Buku itu mengulas tentang rahasia mengapa orang Yahudi menjadi bangsa yang sangat berpengaruh, disegani dan ditakuti.
Meskipun demikian, nampaknya penulis buku ini terlalu berlebihan dalam menyanjung orang Yahudi. Namun, kita tidak akan membahas masalah ini. Kita hanya mencukupkan dengan membahas sejauh mana kecerdasan, keuletan kesuksesan, dan pengaruh Yahudi. Kita harus tahu juga dong, seberapa besar kekuatan dan persiapan musuh kita dalam memerangi umat Islam.
Dalam buku itu, disebutkan bahwa rahasia terbesar Yahudi cerdas adalah faktor pendidikan mereka semenjak kecil. Orang-orang Yahudi sangat memperhatikan anak mereka bahkan sejak dalam kandungan. Dalam masalah makanan misalnya, para ibu-ibu Yahudi saat hamil selalu mengkonsumsi kacang badam dan korma dengan susu. Selain itu mereka juga memperbanyak makan roti, ikan dan daging.
Semua makanan yang mereka konsumsi terbukti meningkatkan kecerdasan pada anak. Bahkan belum lengkap menurut para ibu-ibu Yahudi jika setelah makan tidak mengkonsumsi buah. Tapi, ada satu yang berbeda dengan ibu-ibu pada umumnya (non Yahudi). Para ibu Yahudi mengkonsumsi buah sebelum mereka makan. Ini pun secara medis terbukti dapat meningkatkan gizi dan kecerdasan otak pada cabang bayi. Sementara para ibu non Yahudi justru sebaliknya.
Para ibu Yahudi pada saat hamil semaksimal mungkin menghindarkan dirinya dari asap rokok. Bahkan para suami perokok, jika istrinya sedang hamil, dengan sendirinya berhenti merokok sampai anaknya lahir. Jadi selama sembilan bulan penuh, anak dalam kandungan tidak pernah menghirup asap rokok.
Selain itu di tempat umum seperti bus, terminal, kereta api meskipun kelas ekonomi, jika terdapat wanita hamil tidak akan kita temukan orang yang merokok. Padahal, tidak ada aturan baku dari pemerintah, namun ini telah menjadi kesadaran bahkan budaya tanpa mereka sadari.
Oleh karena itu tidak heran muncul Mark Zukerberg yang dapat menemukan facebook. Ia termasuk urutan orang terkaya di dunia. Bagaimana pula dengan Karl Marx dan Albert Einstein?
Dari sinilah mengapa orang Yahudi mampu mengungguli 99,99% seluruh penduduk bumi. Padahal jumlah orang Yahudi hanya sekitar 0,2% dari penduduk dunia. Sekali lagi, kita harus mengakui bahwa orang Yahudi adalah manusia-manusia cerdas.
Sebagai fakta, Yahudi dapat memenangkan 29% hadiah Nobel dalam bidang sastra, kedokteran, fisika dan kimia pada abad ke-20. Pada tahun 1954 sekolah publik New York City di Amerika Serikat dikejutkan dengan keberadaan anak di bawah usia 15 tahun memiliki IQ 170. Yang lebih  mengejutkan, dari 28 anak 24 dari mereka adalah anak-anak Yahudi.
Tak mengherankan jika muncul sebuah pernyataan yang berbunyai, Lima kecerdasan profesor Jepang sama dengan kecerdasan satu orang profesor Yahudi.”
Bukan hanya itu, dari seni pun mereka salalu terdepan. Sederet nama penyanyi terkenal, musisi dan sutradara dari kalangan mereka. Bahkan sampai pemain bola yang kini sangat terkenal, siapa lagi kalau bukan Lionel Messi juga orang Yahudi.
Satu lagi yang merupakan ciri khas Yahudi, dimana mereka sangat menjaga keturunan. Golongan mereka yang paling tinggi adalah etnis Ashkenazim. Disebutkan para pakar bahwa etnis Ashkenazim merupakan etnis yang tercerdas di dunia. Maka dari itulah orang Yahudi pada umumnya berlomba menikahkan anak mereka pada etnis ini.
Disebutkan bahwa pada saat ini etnis Ashkenazim sudah tidak utuh (berpencar). Namun tetap bisa dipastikan bahwa setiap orang Yahudi memiliki keturunan Ashkenazim. Inilah yang membuat kita jarang mendengar ras lain yang menikah dengan orang Yahudi.  
Orang Yahudi memang merasa malu jika memiliki anak yang  tidak cerdas. Apa pun akan mereka lakukan demi kecerdasan sang anak. Sejak duduk di sekolah dasar, sang anak telah di ajarkan tiga bahasa yaitu bahasa Inggris, Arab dan Hebrew. Inilah yang membuat mereka mudah mendapat tambahan ilmu dan referensi dengan merujuk ke buku-buku klasik (Arab maupun Inggris).
Termasuk keunikan orang Yahudi dalam belajar, dimana mereka enggan belajar dalam perpustakaan. Mereka menganggap bahwa belajar dalam perpustakaan tidak efektif, karena banyak pengunjung yang datang. Padahal perpustakaan mereka cenderung sepi -tidak seperti perpustakaan kita di Indonesia yang dijadikan sarana gosip, curhat, ngerumpi dan lain-lain-.
Mereka juga tidak terlalu bergantung pada elektronik. Mereka lebih senang membaca buku dari pada membaca lewat internet. Lagi pula  menurut mereka TV, radio, tape recorder, dan internet bukan media tepat untuk belajar.
Kesimpulannya, bahwa Yahudi adalah bangsa yang suka bekerja keras, pantang menyerah dan selalu ingin tampil di depan. Pantaslah kalau mereka menjadi bangsa yang disegani, dijadikan contoh dan ditakuti. Dari sisi inilah kita umat Islam seharusnya belajar kepada orang Yahudi.
Sebenarnya semua hal yang diterapkan dan dipraktekkan oleh Yahudi ada dalam Islam. Bahkan masih banyak hal lain yang dimiliki oleh orang Islam yang tidak dimilki oleh orang Yahudi. Akan tetapi, sebagian orang Islam tidak sadar bahwa mereka jauh lebih baik dari pada orang Yahudi. Mereka lebih senang menjadi penonton. Mereka tidak tahu bahwa musuh-musuh mereka siang dan malam bekerja keras untuk menghasilkan karya demi menghancurkan umat Islam.
Walaupun kita telah membaca tentang karya dan penemuan orang Yahudi. Sebagai orang Islam, kita tidak boleh meresa rendah hati di hadapan mereka. Percayalah bahwa Islam jauh lebih cerdas dari mereka.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar