Oleh: Muahammad Akbar
Lebih aku cintai
daripada mesranya seorang kekasih
Bungkusan kertas
di rumahku
Lebih aku sukai
daripada harumnya aroma parfum
Tamparan seorang
alim di pipiku
Lebih kunikmati
daripada secangkir kopi
Banyak orang yang menyangka bahwa
membaca hanyalah sebuah hobi. Namun benarkah membaca hanyalah sekedar hobi? Penulis
best seller “Misteri shalat
subuh” Dr. Raghib as-Sirjani kembali menggoreskan penanya dengan buku berjudul “Iqra’ la budda an taqra’
& Al-qiraatu minhajul hayah”. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi
“Spiritual reading.” Beliau mengatakan bahwa membaca bukanlah hobi, melainkan kebutuhan
primer yang harus dipenuhi oleh setiap orang.
Surat al-Alaq ayat 1-5 merupakan
tanda bahwa seorang muslim dituntut untuk membaca. Menurut Raghib, ayat ini
mengandung dua point penting. Pertama, hendaknya membaca dengan nama Rabb yang
telah menciptakan
kita. Maksudnya, membaca itu haruslah dengan nama Allah dan tidak boleh membaca sesuatu
yang membuat Allah murka. Kedua, hendaknya dengan membaca suatu ilmu tidak
menjadikan kita sombong, karena Allahlah yang mengajarkan manusia sehingga
menjadi tahu.
Syahdan, usai perang Uhud, 70 orang musyrikin Quraisy
berhasil ditawan kaum muslimin. Angka yang cukup fantastis untuk dijadikan alat
tekan bagi kabilah Quraisy di Mekkah. Namun, Rasulullah mengambil kebijakan
lain. Sebagian tawanan dibebaskan dengan syarat mengajari membaca sepuluh orang
muslim. Rasulullah meyakini, membaca adalah langkah penting mengantarkan umat
Islam ke gerbang kejayaan. Sederet nama sahabat muncul kemudian sebagai gudang
ilmu, menjadi bukti analisis beliau. Umat Islam pun berjaya sebagai pelopor tradisi
keilmuan pada kurun-kurun berikutnya. Namun, kini umat Islam justru jauh dari tradisi membaca. Mereka puas
duduk sebagai umat yang tertinggal. Oleh karena itu salah seorang tokoh Yahudi
mengatakan, “Kita tidak takut dengan orang Islam, sebab orang Islam adalah
umat yang tidak membaca.”
Inilah yang membuat Raghib as-Sirjani
menulis buku “Spiritul Reading,” karena rasa cinta terhadap kaum muslimin.
Belaiu merasa prihatin, dimana saat ini 37 persen umat Islam buta baca buta
tulis, namun anggaran pendidikan kurang dari empat persen. Di sisi lain, buta
huruf juga melanda sekelompok orang yang tahu baca tulis dengan baik. Beliau mencontohkan, ada seorang dosen wanita
bercerita jika sholat jamaah, terkadang suaminya yang menjadi imam terkadang
juga dia. Demikan pula dalam perlombaan antarmahasiswa disebuah universitas, salah
satu pertanyaannya adalah mengurutkan Khulafaurrasyidin. Tidak ada satu mahasisiwa
pun yang bisa menjawab. Ini (contoh) buta dari segi agama. Belum lagi dari segi
politk, ekonomi dan masih banyak bidang lain dimana kaum muslimin buta
terhadapnya. Inilah bukti bahwa umat Islam malas membaca.
Perkataan Yahudi diatas memang benar
bahwa umat Islam malas membaca. Dalam salah satu perguruan tinggi di negara Arab, 72 persen mahasiswa yang
berhasil lulus tidak pernah meminjam satu buku pun dari perpustakaan. Mari kita
bandingkan antara minat baca bangsa Arab dan non Arab. Jepang menghabiskan rata-rata 40 buku dalam setahun. Eropa
20 buku dalam setahun. Sementara Arab hanya satu sepersepuluh buku (Indonesia
masih tanda tanya).
Raghib as-Sirjani juga mengajak kaum muslimin agar sadar akan pentingnya
membaca. Beliau memberikan
sepuluh cara menumbuhkan minat baca. Pertama, apa tujuan anda membaca. Kedua,
menyusun perencanaan dalam membaca. Ketiga, mengatur waktu. Keempat, mulailah
setahap demi setahap. Kelima, totalitas dalam dalam membaca. Keenam, teratur
dalam membaca. Ketujuh, buatlah perpustakaan di rumah. Kedelapan, sampaikan apa
yang anda baca. Kesembilan, bantu teman anda dalam membaca. Terakhir,
carilah ilmu dari para ulama.
Setelah kita mengetahui tentang urgensi membaca, kita
pun harus mengetahui prioritas buku yang harus kita baca. Sangat disayangkan, sebagian remaja muslim menghabiskan
waktu berjam-jam lamanya hanya untuk membaca berita olahraga, kesenian, roman percintaan,
teka-teki silang dan cerita-cerita porno. Oleh karena itu, Raghib as-Sirjani
menghadirkan kepada pembaca sepuluh prioritas buku yang hendaknya dibaca oleh
kaum muslimin yang ditulis oleh Amir al-Madari (Imam dan Khatib masijd al-Iman
Yaman). Amin al-Madari mengatakan bahwa ini bukan sesuatu yang mutlak. Beliau
hanya memberikan kemudahan bagi kalangan pemula agar tidak bigung saat memulai
membaca.
Pertama, yang harus didahulukan
adalah membaca al-Quran. Kedua, al-hadits
as-syarif. Ketiga, ilmu-ilmu syar’i. Keempat, buku-buku yang sesuai dengan
spesialisasi ilmu-ilmu tertentu. Kelima, buku tentang analisis sejarah. Keenam,
buku tentang politik. Ketujuh, buku tentang pendapat orang lain. Kedelapan,
buku tentang syubhat seputar Islam. Kesembilan, buku tentang pendidikan anak.
Dan kesepuluh, buku tentang hiburan.
Raghib as-Sirjani juga menganjurkan
agar setelah membaca hendaknya langsung ditulis. Hasil penelitian membuktikan, “Setengah
jam setelah membaca, 50 persen isi buku akan hilang dari ingatan. Setelah 24
jam berlalu, pembaca akan melupakan 80 persen dari isi buku.”
Dalam buku spiritual reading, pembaca juga
diajak kembali
merenungkan potret
ulama salaf yang begitu cinta terhadap buku.
Diantara mereka, ada yang rela menggadaikan rumahnya demi membali buku. Ada
yang rela membeli buku dengan emas seharga 50 ribu dinar. Ada yang selama 40 tahun tidak
pernah istirahat siang, tidur malam, ataupun berbaring melainkan diatas dadanya
ada buku. Ada yang tidak sempat menikah karena sibuk menelaah dan membaca buku.
Ada yang bermimpi berada disurga serta di sekelilingnya banyak sekali buku
dan dia sibuk menelaahnya. Ada pula yang sangat menyesal setelah menjual
buku-bukunya (karena himpitan ekonomi). Cukuplah mereka menjadi saksi akan pentingnya
membaca.
Mudah-mudahan setelah membaca tulisan
ini, kita merasa terpanggil dan menjadikan buku sebagai suatu kebutuhan.
Sebagaimana kita merasa lapar atau haus jika tidak makan atau minum, demikian
pula kita merasa sedih jika tidak membaca. Ingatlah perkataan Abu Ubaidah, “Barangsiapa
menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang tidak penting, maka ia akan kehilangan
sesuatu yang penting.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar