Beberapa
hari yang lalu, pukul 22.30, aku dikagetkan dengan nada dering di hpku dengan panggilan
tanpa nama. Setelah aku angkat ternyata yang sedang menelpon adalah anak
pamanku. Aku sudah lupa dengannya karena kurang lebih 15 tahun kami tidak
pernah bertemu dan berkomunikasi. Aku juga tidak tahu, dari mana ia mengetahui
nomor hpku. Tanpa basa basi, dengan nada sedikit gagap beliau berkata kepadaku,
“Saudara tolong bantu saya, kehidupan saya hancur. Tolong carikan saya
pondok, saya ingin taubat.”
Itulah
ucapan pertama kali yang ia katakan kepadaku. Beliau sangat berharap agar kami
sebagai keluarganya jangan melupakan dalam setiap doa. Memang kini ia menderita
sebuah penyakit dan merasa takut kalau seandainya malaikat mencabut nyawanya
sementara ia belum bertaubat.
Saya
tidak tahu persis tentang kehidupan beliau. Akhirnya saya menelepon saudara
yang ada di Ambon menanyakan tentang masalah beliau. Alangkah kagetnya saya
ketika mendengar kelakuan beliau selama ini. Ternyata beliau sebagai bandar togel
serta pecandu narkoba. Bukan hanya itu, hari-harinya pun dilalui dengan judi,
minuman keras, zina, dan tawuran.
Begitulah
keadaan anak pamanku. Hari-harinya dilalui dengan kemaksiatan kepada Allah. Ia
seakan tidak mengetahui lagi hakikat hidup. Ia terjebak oleh gemerlapnya dunia.
Ia ingin keluar dari jerat itu, tapi godaannya amat besar hingga matanya silau
oleh indahnya dunia.
Hidayah
memang tidak mengenal waktu, tempat, tua, muda, kaya, maupun miskin. Hidayah
datang kepada siapa yang telah ditakdirkan oleh Allah Swt. Siapa yang menyangka
bahwa orang sebengis Umar bisa masuk Islam bahkan menjadi pendukung setia
Rasulullah Saw. Siapa yang menyangka Hindun bisa masuk Islam, padahal ia
termasuk wanita Quraisy yang sangat memerangi Islam. Bahkan, dialah yang
memerintahkan untuk membunuh Hamzah (paman Rasulullah Saw).
Oleh
karena itu, berbahagialah bagi orang yang diberi hidayah oleh Allah Swt, karena
tidak semua orang bisa mendapatkannya. Hidayah merupakan barang termahal yang
ada di dunia ini. Seandainya seseorang mengetahui betapa mahalnya hidayah, niscaya
mereka akan menjual semua apa yang mereka miliki. Mereka akan berlomba untuk
mendapatkannya meskipun dengan cara merangkak.
Aku
yang ketika itu berada di pojok Masjid, hanya bisa mengucapkan “Subhanallah.”
Rasanya bibir ini kelu untuk berucap. Lidah ini kaku untuk memproduksi
kata-kata. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberinya hidayah.
Di
tengah keheningan malam, aku bangun untuk menuliskan kata-kata kepada saudaraku
yang jauh di sana. Tangan ini terus saja bergerak mengikuti kata hati. Akhirnya,
malam itu aku menyelesaikan surat untuk saudaraku yang sedang mengharap pintu
hidayah Ilahi.
Teruntuk
Saudara Asmar di Sebrang Sana
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Wahai
saudaraku yang dirahamati Allah SWT, betapa gembira rasanya hatiku mendengar
ucapan tulusmu saat engkau mengatakan “Aku ingin bertaubat.” Semoga
kata-kata itu benar-benar bersumber dari lubuk hatimu yang dalam. Semoga air
mata yang menetes benar-benar air mata penyesalanmu.
Wahai
saudaraku, ketahuilah bahwa Rahmat Allah Maha Luas, seluas langit dan bumi.
Bila engkau datang kepada Allah dengan membawa dosa sebesar bumi, maka Allah
akan datang kepadamu dengan membawa pengampuanan seluas langit dan bumi. Bila
engkau datang kepada Allah dengan berjalan maka Allah akan datang kepadamu
dengan berlari.
Wahai saudaraku,
Janganlah pernah berputus asa dari Rahmat Allah, karena Allah Maha Pemurah Lagi
Maha Penyayang. Allah senantiasa membuka pintu Rahmat-Nya selagi nyawa belum
sampai ke tenggorokan dan selagi matahari belum terbit dari arah barat.
Wahai saudaraku,
ketahuilah bahwa tidak ada hamba di dunia ini yang tidak berdosa. Manusia tidak
akan mulia tanpa dosa. Rasulullah bersabda,“Setiap manusia pasti pernah
melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang bersalah adalah orang yang bertaubat
kepada Allah.”
Wahai saudaraku,
engkau adalah manusia biasa. Berapasih kesalahanmu dibanding dosa pembunuh 100
orang? Berapa sih kesalahanmu dibanding seorang pelacur yang memberi minum
seekor anjing? Bukankah Allah telah mengampuni mereka?
Wahai saudaraku,
ketahuilah bahwa Nabi Adam pernah bersalah. Namun, karena ia bertaubat maka
derajat beliau diangkat. Nabi Yunus pun pernah bersalah karena meninggalkan
kaumnya yang selalu membangkang. Namun, karena ia bertaubat maka ia pun
diampuni oleh Allah. Kalau seorang nabi saja pernah bersalah, maka apalagi engkau
sebagai manusia biasa tentu lebih layak melakukan dosa.
Wahai saudaraku,
kini engkau telah mengetahui tipu daya dunia. Ketahuilah bahwa dunia hanyalah
seperti nyala api. Cahayanya membuat silau laron-laron yang baru keluar dari
kegelapan tanah. Cahayanya memancarkan sebersit harapan, kemudian cahaya api
itu dikejar dengan penuh optimis oleh laron-laron malang. Lalu, laron-laron itu
berebut mengerubutinya dengan perasaan suka cita. Padahal ketika itu, justru nyala
api yang dikejar itulah yang membunuh mereka sendiri tanpa mengenal belas
kasihan.
Wahai saudaraku,
dunia ini terlalu kecil. Maka tidak layak sesuatu yang kecil ini kemudian
menyita seluruh energi kita, sehingga sesuatu yang besar menjadi terbengkalai.
Sudah sewajarnya dunia dan seluruh kenikmatan di dalamnya tidak membuat kita
lupa daratan. Rasulullah Saw bahkan menggambarkan bahwa dunia itu hanyalah
setetes air lautan.
Rasulullah
bersabda, “Perbandingan dunia dan akhirat itu seperti salah seorang dari
kalian memasukkan jarinya di laut, kemudian perhatikanlah apa yang menempel
ketika ia diangkat (itulah dunia). (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Wahai saudaraku,
sambtulah hidayah itu karena ia merupakan barang termahal yang ada di dunia
ini. Nilainya tidak akan sama bila dibanding dengan seluruh kemewahan yang
berada di dunia ini. Ia merupakan harta karun yang diimpikan oleh semua orang.
Merupakan suatu kebodohan bila seseorang telah mendapatkan harta karun dengan
susah payah, kemudian ia membiarkannya hingga hilang tak tahu kemana.
Wahai saudaraku,
aku yakin bahwa engkau mempunyai senjata ampuh, yaitu doa. Bila engkau
menengadahkan kedua tanganmu dan menghadapkan wajahmu kepada Allah dengan penuh
ketundukan dan penyesalan maka akan dibuka pintu langit bahkan terdengar sampai
langit ketujuh. Allah akan langsung menerima doamu.
Inilah
surat yang sempat saya tulis, sebagai rasa cintaku padamu. Meskipun kita
dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer bahkan dipisahkan oleh lautan, namun
hati kita tetap dekat. Hanya kepada Allahlah kita memohon kebaikan di dunia dan
akhirat. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah pada Rasulullah dan
para sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya hingga
akhir zaman. Amin.
M. Akbar